Isi Artikel
Pada pembahasan kali ini kita bakal menjelaskan mengenai Zat Aditif terhadap makanan. Yang meliputi pengertian zat aditif terhadap makanan, ciri-ciri zat aditif, macam-macam aditif, efek penggunaan zat aditif dengan lengkap dan ringan. Untuk lebih detailnya silakan simak ulasan dibawah ini dengan seksama.
Pengertian Zat Aditif Makanan
Zat aditif makanan merupakan zat-zat kimia yang ditambahkan ke di dalam makanan yang mempunyai target untuk menaikkan kualitasanya yang meliputi rasa, penampilan, warna, keawetan dan lain-lain.
Ada beberapa jenis makanan yang kita konsumsi di dalam kehidupan sehari-hari. Pada zaman dahulu, ketika teknologi pangan belum berkembang, makanan dan minuman olahan belum banyak berkembang. Misalnya adalah, ketika dulu orang membuat roti hanya dengan bahan dasar terigu, ragi, dan air.
Tetapi dengan era saat ini tidak hanya dengan bahan utama itu saja, karena tetap membutuhkan bahan tambahan lainnya, layaknya perasa atau flavor (bahan tambahan untuk mengakibatkan rasa dan aroma tertentu) dan termasuk bahan pewarna. Sehingga ketika makanan olahan diproses ke di dalam makanan tersebut telah ditambahkan zat-zat kimia dengan tujuan tertentu.
Banyak zat aditif untuk makanan sekarang ini digunakan oleh para produsen di setiap produknya. Hal ini tentu saja mengakibatkan kita sebagai konsumen makin sukar di dalam memilih makanan atau bahan makanan yang terbebas dari zat aditif makanan.
Harus kita ketahui bahwa pemakaian zat aditif di makanan tidak pernah dapat kita hindari karena di dalam beberapa hal fungsinya amat dibutuhkan di dalam proses pembuatan bahan makanan tersebut. Dan juga, tidak seluruh zat aditif terhadap makanan berbahaya atau tidak mempunyai nilai gizi.
Ada beberapa zat aditif tersebut mempunyai manfaat untuk tubuh kita karena kandungan vitamin atau sanggup mencegah kanker. Tetapi, penggunaan zat aditif makanan yang berlebih bisa merugikan kesehatan. Maka dari itu, untuk menggunakannya harus tetap terkendali agar efek negatifnya dapat diminimalkan.
Hingga saat ini zat aditif di makanan digunakan dengan tujuan yang banyak ragamnya sesuai dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan.
Meskipun begitu, penggunaan zat aditif makanan terhadap produk pangan tunduk terhadap norma-norma yang wajib dipatuhi secara moral. Zat aditif yang digunakan terhadap makanan harus memiliki sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
- Tidak mengurangi zat-zat esensial terhadap makanan
- Bisa menjaga nilai gizi makanan tersebut
- Menarik untuk konsumen, tapi tidak termasuk suatu penipuan
- Memperbaiki atau menjaga mutu dari makanan
Dengan tahu mengenai manfaat zat aditif di makanan, sepertinya sesungguhnya lebih sukar untuk bebas dari pemakaiannnya.
Walaupun begitu biasanya terjadi masalah yang merugikan yakni ketika zat aditif terhadap makanan digunakan di situasi yang seharusnya tidak dibutuhkan, penggunaan yang berlebih, menyalahi spesifikasi, atau sengaja dipakai bahan-bahan terlarang.
Seperti misalnya terhadap penggunaan boraks dan formalin di produk-produk makanan atau minuman olahan layaknya susu, tahu, bakso. Untuk itu, sebaiknya kita tahu beberapa macam zat aditif di makanan secara lebih lengkapnya.
Macam-Macam Zat Aditif Makanan
Bersumber dari Peraturan Menteri Kesehatan No. 235 (1979), mengenai zat aditif makanan dapat dikelompokkan jadi 14 menurut fungsinya, antara lain:
- Antioksidan dan antioksidan sinergis
- Pengasam, penetral dan pendapar
- Anti kempal
- Enzim
- Pemutih dan pematang
- Pemanis buatan
- Penambah gizi
- Pengawet
- Pengeras
- Pengemulsi, pemantap, dan pengental
- Pewarna alami dan sintesis
- Sekuestran
- Penyedap rasa dan aroma
- Zat aditif makanan lain
Zat aditif makanan bersumber dari ekstrak bahan alami, bisa juga dibuat dari reaksi-reaksi tertentu. Dengan demikian, dikenal dengan nama zat aditif makanan alami dan zat aditif makanan buatan (artifisal).
Pewarna Makanan
Pemberian pewarna di makanan bertujuan hanya untuk memperbaiki penampilan makanan agar lebih menarik perhatian. Di Indonesia telah banyak dikenal bahan pewarna alami, layaknya daun suji dan daun pandan (warna hijau), kunyit (warna kuning), warna telang (warna biru keunguan), gula kelapa (warna merah kecoklatan), cabe dan bunga belimbing sayur (warna merah).
Pewarna alami ini amat aman untuk kebugaran manusia, tapi pengetahuannya kurang maksimal karena masih terdapatnya rasa atau aroma yang bisa mengganggu rasa dan aroma makanan aslinya.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, saat ini udah banyak dibuat pewarna makanan sintesis. Misalnya: sunset yellow FCF (warna oranye), violet GB (warna ungu), tartazine (warna kuning), indigo carmine (warna biru).
Namun, harga pewarna makanan sintesis ini lebih mahal, menjadikan ada orang yang tidak bertanggung jawab yang menggantinya dengan pewarna tekstil dengan harga yang lebih murah tapi amat berbahaya untuk kesehatan.
Pewarna tekstil sering disalahgunakan untuk pewarna makanan, layaknya rhodamine B (warna merah), metanil yellow (warna kuning). Bahan-bahan ini sanggup jadi pemicu penyakit kanker.
Pemanis Makanan
Gula putih dan gula merah merupakan suatu pemanis alami yang seringkali digunakan. Tetapi, terhadap penderita diabetes (kencing manis) dan obesitas (kegemukan) tidak dianjurkan memakai pemanis alami ini karena dapat menaikkan kandungan gula dan menaikkan berat badan.
Untuk itu telah ada pemanis sintetis rendah kalori layaknya siklamat dan sakarin. Namun, sejak tahun 70-an penggunaan siklamat dan sakarin telah dilarang di negara Amerika Serikat karena diperkirakan dapat menyebabkan kanker.
Sebagai penggantinya, tahun 1981 dibuatlah aspartam sebagai pemanis sintetis yang tingkat kemanisannya sekitar 160 kali gula putih. Sorbitol merupakan satu jenis pemanis sintetis yang tidak terurati di dalam mulut agar tidak merusak gigi, tapi penggunaannya yang berlebih sanggup mengakibatkan diare.
Saat ini sudah ditemukan pemanis sintetis generasi terkini, yakni neotam. Pemanis ini adalah turunannyaa dari aspartam yang kemanisannya 7.000 – 13.000 kali tingkat kemanisan gula.
Tidak kurang dari seratus penelitian sudah membuktikan bahwa neotam aman dikonsumsi oleh seluruh kalangan, baik terhadap anak-anak, wanita hamil ataupun penderita diabetes. Berikut ini tabel tingkat kemanisan relatif pemanis sintetis terhadap gula (sukrosa)
Pengawet Makanan
Kerusakan makanan utamanya yang disebabkan karena terdapat mikroba (bakteri, jamur dan ragi). Untuk mengawetkan makanan, kita sebaiknya membunuh mikroba tersebut atau menyimpan makanan terhadap situasi dimana mikroba tidak sanggup berkembang biak dengan baik.
Gula dan garam adalah pengawet alami yang sudah dimanfaatkan sejak zaman dahulu, layaknya terhadap manisan, asinan, telur asin, ikan asin dan lain-lain. Apabila mikroba kontak dengan lauran gula atau garam yang pekat maka air bakal mengalir dari mikroba ke larutan melalui membran selnya.
Menjadikan mikroba mengalami dehidrasi (kekurangan air) dan mati membuat makanan tersebut tidak busuk. Tetapi penggunaan gula dan garam sebagai pengawet bisa mengakibatkan makanan rasanya amat manis atau asin.
Asam cuka adalah pengawet alami yang efektif karena mikroba tidak sanggup tumbuh dengan baik terhadap situasi asam. Asam cuka sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk mentimun, bawang, cabe dan lain-lain:
- Asam benzoat/natrium benzoat, dipakai sebagai pengawet makanan dan minuman, sambal, jus buah, saos, dan kecap. Asam benzoat / natrium benzoat sanggup mencegah perkembangan bakteri dan radi yang merusak makanan.
- Natrium Nitrit, dipakai sebagai pengawet di dalam burger, sosis dan daging kaleng. Natrium nitrit sanggup mencegah tumbuhnya bakteri layaknya Clostridium botulinium yang mengakibatkan keracunan makanan.
- Asam propinat / natrium propinat, dipakai sebagai pengawet roti dan keju. Asam propinat/natrium propinat sanggup mencegah perkembangan jamur dan ragi.
Pemakaian zat pengawet diatas sebaiknya selalu dikontrol karena penggunaan yang berlebih dapat merugikan kesehatan. Seperti, natrium nitrit dapat menyebabkan kanker, tetapi natrium benzoat juga bisa mengakibatkan gangguan syaraf dan alergi.
Penyedap Makanan
Penambahan penyedap rasa bertujuan untuk memperkaya rasa terhadap makanan dan berikan rasa terhadap makanan yang tidak membawa rasa, layaknya es krim dan jelly. Penyedap rasa alami sudah dipakai sejak zaman dahulu, seperti garam, gula, bumbu, cuka, rempah-rempah, bawang dan lain-lain.
Untuk menguatkan atau mempertegas rasa beberapa bahan makanan, seperti daging, sayur, mie, ikan, dan termasuk hidangan lainnya digunakan penyedap rasa sinteteis seperti MSG (monosidium glutamate) atau vetsin.
Pemberian 0,1% MSG sudah dapat menaikkan rasa suatu makanan jadi lebih sedap. Pemakaian MSG yang berlebih sanggup membuat sesak nafas, pusing, sakit dada, dan gampang letih. Gejala penyakit ini dsebut dengan Chinese Restaurant Syndrome.
Itulah penjelasan lengkap yang bisa saya berikan tenang Zat Aditif. Semoga bermanfaat untuk kalian dan bisa menambah wawasan.
Yuk Baca Juga: